Wednesday, May 21, 2008

The Jakarta Heritage Tour






Kawasan Kota Tua Jakarta sarat dengan peristiwa-peristiwa sejarah yang semuanya telah membaur dan membentuk dasar dari tatanan ekonomi, cikal bakal kebudayaan dan bentuk fisik kota Jakarta. Dengan perkembangan kota dan berpindahnya simpul-simpul kegiatan kesegala penjuru kota, Kota ”Tua” terus mengalami degradasi/penurunan kualitas mulai dari permasalahan infrastuktur,hingga masalah keamanan dan kebersihan.
Namun ada suatu warisan yang selalu kita dapati dengan adanya kota "Tua" ini yakni warisan nilai-nilai luhur bangsa yang mungkin sudah tertelan masa namun bisa kita bagikan dan lestarikan. Adanya pusaka bangunan tua yang bernilai sejarah dan arsitektur, merupakan saksi sebuah kehidupan kota tua dengan dua sisi wajah flamboyan dan kesederhanaannya.
Wisata Kota tua yang akan dipandu oleh PT Citra Pesona Indonesia perusahaan jasa tour memperkenalkan paket wisata “De Jali- Jali heritage tour” merupakan suatu kombinasi wisata dalam kemasan wisata sejarah budaya dan wisata berjalan santai. Kami akan memandu anda menyusuri kawasan Kota Tua melintasi gedung gedung lama bersejarah, dimulai dari depan Museum Bank Mandiri berjalan menuju Taman Fatahillah, jalan Kali Besar dan berakhir di Jembatan Kota Intan. PT.Citra Pesona Indonesia hadir dalam menyemarakkan program "Campaign Revitalisasi Kota Tua " yang merupakan agenda progam dari "Living in The City " yang berupaya menghidupkan kembali kawasan dan meningkatkan apresiasi dan kepedulian masyarakat terhadap kota tua.

Jali-Jali Heritage Tour menyelenggarakan wisata :
Eksoktik Kota Tua (By Coach)
Pada pagi hari dengan menggunakan bus menuju kota tua Jakarta untuk menikmati keindahan bagian Kota Tua Jakarta dengan bangunan yang indah bercirikan arsitektur Erapa abad ke-18. Perjalanan dimulai dengan kunjungan pertama ke Pelabuhan Sunda Kelapa yang dikenal sebagai cikal bakal terbentuknya Kota Jakara. Perjalanan dilanjutkan menuju Museum Bahari dan Menara Syahbandar, Jembatan Kota Intan dan area Kalibesar, kemudian kembali ke Fatahillah Square, Museum Sejarah Jakarta, dan Museum Wayang. Wisata diteruskan menuju daerah Mangga Dua Shopping Center untuk menyantap makan siang sekaligus berbelanja cinderamata. Acara diakhiri pada titik tempat penjemputan awal .


Walking Tour Eksoktik Kota Tua
Perjalanan ini dimulai dengan menikmati panorama dan keindahan bagian Kota Tua Jakarta yang memiliki bangunan tua bercirikan arsitektur Eropa abad ke-18. Titik wisata dimulai dari area Fatahillah Square menuju Pelabuhan Sunda Kelapa yang dikenal sebagai cikal bakal terbentuknya Kota Jakara dengan mengendarai sepeda. Perjalanan dilanjutkan menuju Museum Bahari dan Menara Syahbandar, Jembatan Kota Intan dan area Kalibesar, kemudian kembali ke Fatahillah Square.

Jakarta Culture & Heritage
Museum Nasional
Jl. Merdeka Barat 12Jakarta Pusat
Gedung ini didirikan oleh sebuah lembaga ilmu pengetahuan Bataviasche Genootschap van Kunsten en Wetenschappen pada tahun 1778 dan terletak di Jl. Medan Merdeka Barat No.12. Museum yang kini menyimpan koleksi sebanyak 109.342 benda budaya ini di depannya terdapat sebuah patung gajah dari perunggu hadiah raja Chulalongkorn dari Siam (Thailand) ketika mengunjungi Batavia pada tahun 1871. Oleh sebab itu Museum Nasional juga disebut "Museum Gajah". Di museum ini tersimpan koleksi benda prasejarah seperi perlengkapan hidup yang terbuat dari batu, tulang binatang, tanduk, kulit kerang dan lainnya. Juga terdapat berbagai koleksi benda keramik abad 5 sampai 15 baik dari CIna, Thailand, Vietnam, Jepang, Persia, dan Eropa. Pengunjung museum dapat pula menyaksikan berbagai koleksi perhiasan emas-berlian yang dipadukan dengan berbagai batu mulia. Terdapat pula singgasana emas para raja dan berbagai perabotan emas milik para bangsawan masa lalu. Berbagai benda relief sejarah yang berasal dari abad 16 hingga 19 tersimpan dengan rapi di sini, disamping berbagai koleksi perabotan peninggalan orang Belanda. Sebuah bangunan dengan arsitektur yang sama dibangun disebelahnya yang kelak akan diisi koleksi museum yang masih tersimpan di gudang dan belum dipamerkan.
Waktu Buka:Museum buka Selasa - Minggu dari pukul 8.30 - 14.30 WIB; hari Jumat buka dari pukul 8.30 - 11.30 WIB; dan hari Sabtu buka dari pukul 8.30 - 13.30 WIB.Hari Senin / Besar tutup.

Museum Sejarah Jakarta
Jl. Taman Fatahillah No. 1 Jakarta Barat
Berada di Jl. Taman Fatahillah No. 1 dan mulanya merupakan Gedung Balaikota (Staadhuis) pertama di Batavia yang dibangun pada tahun 1627 (tambahan pada gedung aslinya dibuat antara tahun 1705 - 1715). Pada tahun 1970 gedung ini dipugar dan pada tanggal 4 April 1974, diresmikan sebagai Museum Sejarah Jakarta. Selain sebagai Staadhuis, gedung ini juga menjadi College van Schepen (Dewan Kotapraja) yang menangani berbagai perkara pidana dan perdata antarwarga kota Batavia. Bagi para terdakwa suatu perkara yang akan diadili diharuskan mendekam dalam penjara bawah tanah dengan tangan dirantai dan direndam dalam air sebatas dada yang penuh dengan lintah. Bagi yang terbukti melakukan kejahatan atau dianggap memberontak terhadap pemerintah Belanda, maka salah satu hukuman yang diberlakukan adalah hukuman gantung di depan Staadhuis. Dan ketika eksekusi akan dilangsungkan, masyarakat sekitar diundang untuk menyaksikannya dengan cara membunyikan lonceng yang hingga kini masih tetap terpasang di atas bangunan. Hal ini merupakan peringatan kepada masyarakat, agar tidak menentang Belanda. Beberapa benda "eksekusi" masih tersimpan, diantaranya sebuah pisau panjang yang dahulu sering digunakan untuk memenggal kepala terhukum. Koleksi lainnya yang tersimpan di Museum Sejarah Jakarta ialah uang logam zaman VOC, aneka dacin/timbangan, perabotan rumah tangga antik dari abad 17 - 19, benda-benda arkeologi dari masa pra-sejarah, maa Hindu Budha hingga masa Islam, meriam kuno serta bendera dari zaman Fatahillah. Juga terdapat lukisan-lukisan karya Raden Saleh, potret Gubernur Jenderal VOC dan peta-peta tua. Dipamerkan pula koleksi benda budaya masyarakat Betawi yang diketahui adalah merupakan masyarakat pemula yang bermukim di Jakarta.

Museum Wayang
Terletak di Jl. Pintu Besar Utara No. 27 atau sebelah barat Museum Sejarah Jakarta. Bangunan kuno abad 17 ini merupakan bekas gereja Belanda Oude Hollandsche Kerk (1640-1732) dan gereja Nieuw Hollandsche Kerk (1736-1808) yang kemudian hancur akibat gempa bumi.Bangunan yang terlihat sekarang adalah bangunan yang didirikan pada tahun 1912 sebagai gudang milik perusahaan Geo Wehry. Setelah beberapa kali gedung ini pindah kepemilikan serta berubah fungsinya, maka akhirnya dijadikan Museum Wayang yang peresmiannya dilakukan pada tanggal 13 Agustus 1975.Museum Wayang menyimpan koleksi berbagai jenis wayang dari daerah-daerah di Indonesia seperti wayang kulit, wayang golek, wayang beber, wayang kardus, wayang rumput serta topeng-topeng.Wayang/boneka dari malaysia, Kamboja, CIna, Thailand dan Inggris ikut menambah kekayaan koleksi museum ini.

Museum Seni Rupa dan Keramik Jl. Pos Kota No. 2 Jakarta Barat
Sejarah Gedung Gedung Museum Seni Rupa dan Keramik ini dibangun tahun 1870. Awalnya dipakai sebagai lembaga peradilan Belanda atau Read Van Justitie, kemudian pada masa pendudukan Jepang dan perjuangan kemerdekaan Indonesia gedung ini digunakan sebagai asrama militer. Selanjutnya pada tahun 1967 digunakan sebagai kantor Walikota Jakarta Barat. Pada tahun 1986 digunakan sebagai kantor Dinas Museum dan Sejarah DKI Jakarta hingga tahun 1975. Pada tanggal 20 Agustus 1976 diresmikan sebagai gedung Balai Seni Rupa dan kini berganti nama menjadi Museum Seni Rupa dan Keramik Koleksi Seni RupaMuseum ini memiliki 400-an karya Seni Rupa terdiri dari berbagai bahan dan teknik yang berbeda seperti patung, grafis, totem kayu, sketsa, dan batik lukis. Diantara koleksi-koleksi tersebut ada beberapa koleksi unggulan dan amat penting bagi sejarah kesenian di Indonesia, antara lain lukisan yang berjudul "Pengantin Cianjur" karya Hendra Gunawan, lukisan "Bupati Cianjur" karya Raden Saleh, lukisan "Ibu Menyusui" karya Dullah, lukisan "Laskar Tritura" Karya S. Sudjojono dan lukisan "Potret diri" karya Affandi. Patung yang berciri klasik tradisional dari Bali, totem kayu yang magis dan simbolis karya Tjokot dan keluarga besarnya, Totem dan patung kayu karya para seniman modern, antara lain G. Sidharta, Oesman Effendi. Disusul karya-karya ciptaan seniman lulusan akademis, misalnya Popo Iskandar, Achmad Sadali, Srihadi S, Fajkar Sidik, Kusnadi, Rusli, Nashar, Zaini, Amang Rahman, Suprapto, Irsan, Mulyadi W, Abas Alibasyah, Amri Yahya, AS Budiman, Barli, Sudjana Kerton dan banyak seniman lain dari berbagai daerah. Koleksi keramik di museum ini jumlahnya cukup banyak, terdiri dari keramik lokal dan keramik asing. Keramik lokal berasal dari daerah Aceh, Medan, Palembang, Lampung, Jakarta, Bandung. Purwakarta, Yogyakarta, Malang, Bali, Lombok dan lain-lain. Museum ini juga memiliki keramik dari Majapahit abad ke-14, yang menunjukkan ciri dan keistimewaan yang indah dan bernilai sejarah yang mempunyai keragaman bentuk serta fungsi. Keramik Asing meliputi berbagai bentuk, ciri, karakteristik, fungsi dan gaya berasal antara lain dari Cina, Vietnam, Thailand, Belanda, Jerman, Timur Tengah. Terbanyak dari Cina terutama pada masa Dinasti Ming dan Ching.PerputakaanMuseum Seni Rupa dan Keramik dilengkapi sebuah Perpustakaan yang memiliki buku-buku seni rupa yang bisa dijadikan panduan tentang seni rupa.
Toko CinderamataMuseum Seni Rupa dan Keramik memiliki souvenir-souvenir yang spesifik untuk pengunjung seperti: kartu pos, buku seni rupa, kerajinan, sketsa, kipas, patung lucu dan lain-lain.


Museum Bahari
Jl. Pasar Ikan No. 1Jakarta Utara
Bangunan yang sekarang menjadi Museum Bahari adalah banguanan kuno yang dibangun secara bertahap sejak tahun 1652 hingga 1774. Ketika itu bangunan ini digunakan oleh VOC Belanda sebagai gudang rempah-rempah. Untuk kegiatan perniagaan Belanda (VOC) baik di laut mupun di darat, VOC mendirikan sebuah bangunan Menara yang terletak di tepi pantai Teluk Jakarta yang tidak jauh letaknya dari bangunan Museum Bahari sekarang dikenal dengan sebutan Menara Syahbandar. Dibangun pada tahun 1839, berfungsi untuk pengawasan di laut dan sekitarnya, juga didirikan pula dua gedung yang berlokasi berhadapan dengan Menara Syahbandar, untuk proses pengurusan administrasi perniagaan sebelum rempah-rempah tersebut dikirim ke negara-negara Eropa. Selanjutnya pada pemerintahan Jepang di Indonesia gedung yang dikenal sebagai gudang rempah-rempah ini sejak tahun 1942 beralih fungsi menjadi gudang logistik peralatan militer Jepang. Setelah kemerdekaan, bangunan ini difungsikan sebagai gudang logistik PTT dan PLN. Pada tahun 1976 mulai direnovasi yang akhirnya pada tanggal 7 Juli 1977 diresmikan oleh Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta Ali Sadikin sebagai Museum Bahari. KoleksiKoleksi yang dimiliki terdiri dari perahu-perahu tradisional dari seluruh wilayah nusantara seperti Perahu Pinisi dari Bugis Makasar, Perahu Kora-kora dari Maluku, Perahu Mayang dari Pantai Utara Pulau Jawa, Perahu Lancang Kuning dari Riau dan Perahu Jukung dari Kalimantan. Koleksi lainnya berupa biota laut, peralatan navigasi, matra laut, maket Pulau Onrust, peralatan penangkapan ikan tradisional dan peta pelayaran serta foto-foto mengenai kegiatan kebaharian sejak masa kolonial. FasilitasRuang pertemuan yang layak digunakan untuk seminar, lokakarya kapasitas 150 orang. Halaman dalam yang artistik untuk kegiatan Bazar dan Resepsi kapasitas 500 Orang.
Untuk informasi selengkapnya dapat menghubungi:





Label: De Jali-jali Heritage Tour draft 20:16:00 oleh Citra Pesona Indonesia Hapus